Sabtu, 14 Desember 2013

Semua itu Pilihan.. :)

..dibina sejak SMA, saya yang sejak SD-SMP menjadi siswa yang kerjaannya sekolah-pulang-sekolah pulang, merasakan rasa aneh, ketika SMA karena semua orang aktif disana, oke saat itu juga saya putuskan untuk aktif.. dan kerjaan saya saat itu pulang sekolah-ke Mesjid hampir selalu sampai menjelang maghrib, sampai selalu diusirin sama ikhwannya disuruh pulang.. belajar banyak bukan hanya sekedar akademik, ternyata menyenangkan.. tapi saya zona nyaman banget... anak mesjid bos ^^ biarin aja yg penting disini link saya bertambah kenal artis :p ( tim nasheed) dan presnter2 dan ustad ternama dikota bandung,. (itu bonus mungkin ya..) cuma yang terpenting adalah nikmatnya menjadi bermanfaat buat orang lain..

sampailah aku dibumi padjadjaran..
ntah salah ngomong atau bagaimana, (masalah tarbawi tidak akan saya ceritakan) cuma dari ini lah.. amanah seolah berduyun-duyun datang, ini murni ga ngeliat kapasitas, saya menganggapnya adalah ini adlah kepercayaan.. karena saya selalu yakin diluar sana jauh lebih banyak yang memiliki kapasitas jauh lebih hebat ketimbang saya..
oke kesimpulannya bagaimana saya menjaga kepercayaan itu, hanya saya menyadari itu amanah datang ga kira-kira setaun bisa sampai 3-5.. huft.. teringat kata-kata "..aktifitas kita jauh lebih banyak dibanding waktu yang kita miliki.." kesimpulan saya.. Allah lah yang akan mampu kan saya nanti..

diakhir tahun saya dikampus, satu amanah krusial hadir, ini berat sekali.. terlebih yang sifatnya eksternal, bukan tidak mau.. sejatinya aku sangat menyukai organisasi tersebut, karena aku bisa menjadi diri sendiri, dan disana aku belajar profesional.. tapi pilihan ku saat itu BERAT.. pada dasarnya orang tuaku tidak pernah menanyakan/ meminta waktuku untuk membersamai mereka..
aku sadar anak pertama yang memiliki adik yang masih sekolah, dan prinsipku.. ketika aku mengambil amanah haruslah komitmen, komitmen menurutku, ketika berani memulai harus berani mengakhirinya, tak mau tiba-tiba mundur meninggalkan amanah dengan alasan apapun termasuk alasan yang sifatnya PRIBADI.. karena itu berarti menurutku meninggalkan tanggung jawab, dan akan berujung pada mendzalimi orang lain.. karena sadar/tidak ketika kita mundur, yang tadinya menjadi tanggung jawab kita, pasti akan dilimpahkan pada yang lain.. tak mau jadi beban.. maka dengan berat hati aku memilih mundur dari egoisme pribadi yang sebenarnya menginginkan sekali bergabung di organisasi tersebut.. oke FOKUS pada sisi hidup yang lain..

setelah aku bereskan urusan kampus sampai selesai..
aku sudah kembali pada aktifitas semula ketika sebelum aktif dikampus.. membina adalah kewajiban, maka aku putuskan mencari binaan.. alhamdulillah dapet lagi..
hari-hari yang lain aku habiskan dengan kegiatan  yang mungkin kata orang tidak se-PRODUKTIF ketika dikampus, tapi ini mungkin pembalasan ku ketika dulu waktu ku habis bermanfaat untuk yang lain.. tapi hak orang tua ku jarang sekali, (padahal pulang tiap minggu)  karena pikirannya tidak disitu, 
semakin senang membina, bukan hanya binaan 'mentoring' tapi juga binaan mengajar yang membuat ku bahagia berbagi ilmu.. 

dan setiap malam, aku mengalami kerinduan hebat tentang aktifitas kampu, maka terkadang aku menanyakan dengan bawelnya pada adik2 dan rekan2.. sedikit terbersit ingin membantu mereka lagi.. memandang IBU, dan hati kecil berkata, "kalau kamu yang turun lagi, gimana generasi itu mau berkembang.., sudah lihat lingkaran terdekat mu, ibu adik, butuh kamu bimbing termasuk keponakan2 mu.. memang akan terlihat hebat ketika kamu membantu rekan2.." tapi ketika melihat kedalam keluargamu, masih banyak hal yang tidak tau.."
sampai pada kesimpulanku, kontribusi bukan selalu harus kita yang turun, bisa dengan menstimulasi mereka, memberikan mereka perhatian dsb, oke dengan caraku saja..
dan aku teringat kata-kata sesorang..
islam bukan hanya simbol, tapi nilai..
dimanapun kamu berpijak jangan hany 50%, tapi menjadi agen muslim yang baik ya harus 100%, dan teringat, 
oke aku akan 100% menstimulasi adik2 dan memberi mereka perhatian..
sedangkan aktifitas ku mengabdi pada lingkungan ku saat ini pun akan dilaksanakan 100% in shaa Allah,

Menjadi agen muslim yang baik, juga harus profesional.. ketika berkomitmen ya berani mulai harus mau mengakhiri.. dalam hal apapun, karena seorang profesional akan jauh lebih dihargai ketimbang hanya semau  kita.. tapi semampu kita,  semampu kita artinya kita memampukan diri kita, dan mengartikan bahwa jika Allah mengizinkan, bukan lah alasan-alasan yang kita buat..
maka dari itu pikirkan jangka panjangnya.. bikin plan hidup dengan baik, sehingga tidak  ada lagi keterjebakan dalam amanah.. dan hati-hati ketika kita sudah berniat meninggalkan amanah ditengah-tengah dengan berbagai alasan yang kita buat..

berpikir jauh kedepan, karena diri ini juga bawa identitas yang hakiki yaitu ISLAM.. yang semuanya harus dijaga dengan baik, mulai dari sikap, tutur kata, dan pemikiran..

Tapi semua itu adalah pilihan kita sendiri.. 
Karena dakwah itu luas saudaraku, banyak sekali yang harus kita benahi, dan kita pun harus segera membuat estafet-estafet baru tapi kita pun harus mengejar semua ketertinggalan kita.. semua butuh komitmen, setiap yang mampir dalam hidup kita adalah objek dakwah kita..
cukuplah Allah yang menjadi saksi.

-Mengutip dengan beberapa perubahan-

Jumat, 06 Desember 2013

Mengerti Tentang Mereka..

...kehidupan tak pernah luput dari yang namanya suka dan duka,
terkadang kesukaan membuat kita lupa, kedukaan bisa datang kapan saja.. jadi belajarlah untuk tetap ditengah-tengahnya, 
mensyukuri ketika kesukaan itu walaupun hanya sedikit.. dan bersabarlah atas semua kedukaan, karena yakin kedukaan itu akan berganti dengan kesukaan..



sekelumit kisat tentang seseorang yang sangat dalam mencintai orang-orang sekitarnya.. dia tak pernah menginginkan apapun dari orang lain, yang hanya ingin dia lakukan adalah kebahagiaan untuk orang lain..

suatu saat dirinya diserang kedukaan yang cukup hebat, namun tak ada satupun yang memperhatikannya, orang lain sibuk dengan urusannya masing-masing.. sampai pada satu kesimpulan mungkin dirinya tak berarti, akhirnya dia hanya sibuk dengan dirinya dan keluarganya.. dia sudah tak memikirkan dirinya, dia hanya berbipikir untuk keluarganya.. bahkan untuk menyenangkan dirinya sendiri dia selalu berpikir ulang, adakah yang masih kesulitan jika dirinya mendapatkan apa yang dirinya inginkan?

hatinya terluka, ditandai dengan untaian tangisan pada Rabb-Nya dalam setiap sujudnya..
terluka, karena tak ada satupun yang memperhatikannya.. hingga suatu malam, dalam doanya."...jika memang dengan seperti ini Engkau Ridha pada ku Rabb.." aku ikhlas..
terisak dan terus terisak, sampai sajadahnya mulai dingin..
dia terus bertahan karena Rabb nya dan karena syukur atas nikmat Rabb nya, dia sudah sangat kebal atas ocehan orang tentang yang menimpanya.. rautnya terlihat biasa, ketika seseorang tersebut berbicara tentangnya.. padahal sesampainya di tempat yang tak ada satupun orang dia menangis..
ditengah rintikkan hujan dia menangis.. caranya dia mengeluarkan emosi,
yah..sabar tak pernah mengenal batas, sisi manusiawi manusia harus tetap diperhatikan,jangan sampai kita buta, terutama buta hati, berhati2 berucap, berhati2 berbuat.. karena kita tidak pernah tau perkataan kita yang mana yang mungkin bisa menyakiti..

aah.. Rabb indah ketika kita bisa ikhlas..
kita harus tetap memiliki hati seluas samudera, agar tetap bisa mencari ilmu untuk beramal lalu ikhlas atas semua takdir..
#merenung