Hanya Nabi Adam alaihissalam yang lahir tanpa Orang Tua, Karena
Allah yang menciptakannya langsung tanpa perantara, adapula Nabi Isa
alaihissalam
Dan kita saat ini diciptakan Allah langsung dan dilahirkan
lewat perantara orangtua, masalah kita lahir lahir ada orang tua atau tidak itu
lain soal..
Yang jelas kita hadir didunia karena ada orangtua kita..
Sering sekali mendengar,membaca berita orang tua menyiksa
anak, menganiya atau tidak mengasuh anak, sentral sekali..
Tapi jarang sekali diexpose walaupun ada yang diexpose hanya
sedikit yaitu, ketika anak yang menelantarkan orangtua.. dan itu tingkatannya
yang sudah sampai diexpose sudah sangat keterlaluan mungkin ya..
Sekarang ilmu parenting sudah semarak dimana-mana,pasangan
muda mudi yang akan menikah dan sudah menikah begitu semangat menggemborkan
ilmu parenting, luarbiasa zaman berubah.. manusia begitu cepat belajar…
Lantas ketika kita sudah menerima ilmu parenting, tak
sedikit yang akhirnya becermin, bagaimana saya dididik orangtua dahulu.. lalu kita
dapat sebuah kesimpulan sederhana “saya sepertinya dulu salah dididik orang tua
”, “saya anak sapi dulu”, “saya anak pembantu”.. dan statement lain yang
menunjukkan dulu kita tidak dapat kondisi ideal dalam asuhan orangtua,
Apakah itu salah?mungkin tidak..
Dan apakah orangtua kita juga salah, mungkin sebagian jawab
ya.. tapi menurutku tidak..
Saat ini pula, beredar edukasi mendidik anak dari Ibu Elly
Risman seorang Psikolog, bahwa perilaku anak yang menyimpang itu bisa terjadi
dari salahnya pola asuh anak,
Itu bagus, mendidik!
Disatu sisi saya pernah mengikuti pelatihan AI bersama Kang
Idzma Mahayattika founder KIDZmile Foundation, ada fakta baru yang baru saya
sadari dari hasil pelatihan itu..
Bahwa “dibalik keburukan selalu ada maksud baik disana”
contohnya orang yang mencuri dalihnya adalah untuk makan sehari-hari atau untuk
memberi makan keluarganya, jangan dulu menyoroti apa yang dilakukannya, tapi
lihat kedalam ada maksud baik disana meskipun caranya pun tak bisa kita
benarkan.
Lantas apa hubungannya dengan bahasan orangtua?
Orangtua umumnya ketika anaknya lahir kedunia, ia
menginginkan sekali anaknya menjadi anak yang membanggakan dan anak yang
sukses, betul?
Urusan cara mendidiknya seperti apa, itu bukan fokus utama
saya menulis ini.. yang digaris bawahi adalah orangtua selalu memiliki harapan
baik pada anaknya dan ia akan melakukan segala cara agar anaknya menjumpai
kebahagiaan. Mereka tak ingin anaknya menemui kesulitan seperti yang mereka
alami.. kurang cukupkah itu sebagai dasar bahwa mereka mengingankan yang
terbaik untuk anaknya?
Oke, kita balik lagi ke bahasan saat ini, ketika kita
belajar ilmu parenting dari seorang pakar yang luar biasa, dan kita merasa
mendapatkan ilmu yang sangat banyak dan terkadang terselip merasa paling tau
#naudzubillah hingga akhirnya kita bisa menjudge orangtua kita begini begitu,
Hey maksud ilmu parenting itu untuk menjadikan pelajaran
kelak kita akan menjadi orang tua yang seperti apa, bukan untuk menjudge orang
tua kita bagaimana,
Kemudian dilematis dihadapi seorang perempuan bekerja atau
tidak?
Masalah itu rame sekali diperbincangkan..
Pernah suatu ketika Jaulah (Kunjungan) ke Teh Yuria Cleopatra
praktisi ilmu parenting dan seputar kemuslimahan juga..
Bahwa Tugas Perempuan yang utama setelah menikah adalah
1. Taat Pada Suami,
Karena setelah menikah Suami adalah jalan
syurga Kita, Ya Taat kuncinya.
2. Mengurusi Keluarga
Mulai dari rumah tangga, pola asuh anak,
keuangan dsb
3. Mengeksplore Keahlian
Maksudnya diri mengeksplore kebermanfaatan
kita seperti apa yang bisa kita lakukan buat sekitar..
(Banyak sih poinnya tapi segitu aja dulu yah)
Nomor itu menunjukkan prioritas, jadi yang utama yaitu taat
pada suami.. jika kita sedikit ulas sebuah kasus misalnya “bolehkah
perempuan/haruskah istri bekerja?” (nah itu silakan ditanyakan pada suami yang
sudah punya suami :D yang belum nanti kalau udah punya tanyain ke suaminya
#selftalk)
Jadi intinya mengkomunikasikan semuanya pada suami boleh
tidak bekerja,
Ya jika diizinkan bekerja silakan dengan melihat poin yang
kedua yang harus dipertimbangkan, atau misal ada kondisi dimana istri memang
harus bekerja untuk membantu suami, dan ternyata suami juga tak melarang, ya
silakan dilakukan karena kuncinya taat pada suami. Clear?
Poin ke 2 mengurusi keluarga.. itu prioritas kedua setelah taat
pada suami ya kita mengurusi keluarga, sudah menjadi konsekuensi seorang
perempuan ketika memutuskan menjadi seorang istri, ya mau tidak mau, suka tidak
suka harus mengurusi keluarga dari segala aspek.
Poin ketiga itu optional, maksudnya adalah sesuai
kapasitasnya masing-masing masih memungkinkan atau tidak melakukan poin ketiga,
tapi sebaiknya dilakukan karena untuk mengedukasi perempuan lain juga, yang tak
bisa kita alih tugaskan pada laki-laki (ini contohnya ya)
Kemudian setelah ini kita berkaca lagi, ibu kita kerja gak
yah? Apa efek yang terjadi pada anaknya ketika ibu bekerja, (akhirnya kita
berkaca sendiri)
Tapi hey dibalik semua yang dilakukan ibu, yang sedang
bekerja tetap ada maksud baik,. Meskipun ia harus mengorbankan kebersamaan
dengan anaknya sendiri.
Lalu bagaimana seharusnya kita memandang orangtua kita, dan
memandang orangtua seperti apa nantinya..
Ketika memandang orangtua, sudah cukuplah untuk kita
berbakti semaksimal mungkin terlepas bagaimana perlakuan orang tua pada kita,
bagi kita yang menemukan Iman diluar rumah menemukan cahaya terang diluar
rumah, pendidikan agama dan moral diluar rumah bukan berarti dengan mudahnya
kita menjudge yang ada didalam rumah yang tak memberi pengaruh yang baik pada
kita, dan bukan berarti kita merasa paling tau tentang bagaimana caranya
mendidik anak dsb.
Karena berbakti pada orangtua bukan keinginan orang tua atau
keharusan seorang anak, melainkan perintah , Ya Perintah Allah..
Ada hampir 13 kali diulang untuk urusan berbakti pada
orangtua saja
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang
tua dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs.
Al-Israa: 23)
“Dan Kami berwasiat kepada manusia untuk
(berbuat) kebaikan kepada dua orang tuanya.” (Qs. Al-Ankabut: 8)
Begitupun pada surah Al-Ahqaf ayat 15, Allah
SWT berfirman, “Kami wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua
orang tuanya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan
susah payah (pula).”
Ketiga, dalam bentuk perintah untuk
bersyukur. Allah SWT berfirman, “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu, karena hanya kepada-Ku-lah kembalimu.” (Qs. Luqman: 14).
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhan-ku, kasihilah
mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku pada waktu kecil.”
(Qs. Al-Israa: 24).
Mendo’akan kedua orangtua adalah tradisi para
Anbiyah as. Nabi Ibrahim as dalam do’anya mengucapkan, “Ya Tuhan kami,
ampunilah aku, kedua orang tuaku, dan sekalian orang-orang mukmin pada hari
terjadinya hisab (hari kiamat ).” (Qs. Ibrahim: 41). Begitu juga Nabi Nuh as,
dalam lantunan do’anya, beliau berujar, “. Ya Tuhan-ku, ampunilah aku dan kedua
orang tuaku..” (Qs. Nuh: 28).
perintah untuk berwasiat kepada
kedua orangtua. Allah SWT berfirman, “Diwajibkan atas kamu, apabila
(tanda-tanda) kematian telah menghampiri salah seorang di antara kamu dan ia
meninggalkan harta, berwasiat untuk ibu bapak dan karib kerabatnya secara
makruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (Qs.
Al-Baqarah: 180).
perintah untuk berinfaq kepada
keduanya. Allah SWT berfirman, “… Setiap harta yang kamu infakkan hendaklah
diberikan kepada kedua orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan setiap kebajikan
yang kamu lakukan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (Qs. Al-Baqarah:
215).
Dan ayat-ayat yang lain,
Cukuplah kita jalankan perintah Allah, perintah yang
menciptakan kita..
Karena Allah lah kita ada didunia ini dan pada Allah kita
kembali,
Tak usah terlalu dijelaskan ya mengapa kita harus berbuat
baik pada orang tua, jelas ayat-ayat diatas sudah sangat cukup menjabarkan,
apapun perlakuan orang tua tak lantas kita membalas dengan hal yang sama,
Rasulullah shalallahu’alaihiwassalam pun mengajarkan dan
meneladani kita bahwa perlakuan buruk sekalipun alangkah mulianya jika kita balas
dengan perlakuan baik.
Dan tak dibenarkan pula kita menceritakan keburukannya
dihadapan orang lain..
Berdoalah sebanyak-banyaknya pada Allah agar terus diberi
kekuatan agar menutupi semua kekurangan orangtua.. dan terus mengenang
perbuatan baiknya.
Saat ini kita memandang bakal menjadi orangtua seperti apa
kelak?
Jadilah sebaik-baik orangtua dengan sesuai 3 prioritas tadi
ya..
Ilmu parenting banyak, itu untuk kita terapkan kelak atau
saat ini bagi yang sudah jadi orangtua.
Saya tak bisa jelaskan tentang ini karena (belum punya
pengalaman)
So, bagi kalian yang belum menjadi istri seperti saya, pintu
syurga kita masih ada di orangtua, yang masih ada lengkap orangtuanya,teruslah
perbaiki hubungan dengan mereka. Jika yang sudah ditinggal seperti saya, misal
masih ada salah satu.. maksimalkanlah berbaktinya dan jangan terputus mendoakan
orangtua kita yang telah berpulang kembali pada Allah..
Karena jika kelak kita sudah menjadi istri pintu syurga kita
adalah suami. Tapi bukan berarti kita akhirnya selesai berbakti pada orang tua.
Tolonglah kesalahan/Kekhilafan orangtua dengan menjadi
pribadi yang baik, sholeh/sholehah agar jadi jariyahuntuk mereka, jika tak
sempat membahagiakannya didunia, bahagiakanlah ia dengan keshalihahmu
‘Allahu’lam bishawab
Saya menulis ini untuk menhujani banyak peringatan bagi diri
saya sendiri, bukan untuk sok tahu karena saya pun masih sangat jauuuuh dari
kata mengaplikasikan yang saya ungkapkan diatas, tapi hanya saling berbagi apa
yang menjadi saat ini hangat dibicarakan.
Semoga ada manfaatnya, maaf jika menclok-menclok ya
ceritanya maklum amatiran J