Senin, 29 Februari 2016

Pintu Syurga Kita..



Hanya Nabi Adam alaihissalam yang lahir tanpa Orang Tua, Karena Allah yang menciptakannya langsung tanpa perantara, adapula Nabi Isa alaihissalam
Dan kita saat ini diciptakan Allah langsung dan dilahirkan lewat perantara orangtua, masalah kita lahir lahir ada orang tua atau tidak itu lain soal..
Yang jelas kita hadir didunia karena ada orangtua kita..
Sering sekali mendengar,membaca berita orang tua menyiksa anak, menganiya atau tidak mengasuh anak, sentral sekali..
Tapi jarang sekali diexpose walaupun ada yang diexpose hanya sedikit yaitu, ketika anak yang menelantarkan orangtua.. dan itu tingkatannya yang sudah sampai diexpose sudah sangat keterlaluan mungkin ya..

Sekarang ilmu parenting sudah semarak dimana-mana,pasangan muda mudi yang akan menikah dan sudah menikah begitu semangat menggemborkan ilmu parenting, luarbiasa zaman berubah.. manusia begitu cepat belajar…
Lantas ketika kita sudah menerima ilmu parenting, tak sedikit yang akhirnya becermin, bagaimana saya dididik orangtua dahulu.. lalu kita dapat sebuah kesimpulan sederhana “saya sepertinya dulu salah dididik orang tua ”, “saya anak sapi dulu”, “saya anak pembantu”.. dan statement lain yang menunjukkan dulu kita tidak dapat kondisi ideal dalam asuhan orangtua,
Apakah itu salah?mungkin tidak..
Dan apakah orangtua kita juga salah, mungkin sebagian jawab ya.. tapi menurutku tidak..
Saat ini pula, beredar edukasi mendidik anak dari Ibu Elly Risman seorang Psikolog, bahwa perilaku anak yang menyimpang itu bisa terjadi dari salahnya pola asuh anak,
Itu bagus, mendidik!

Disatu sisi saya pernah mengikuti pelatihan AI bersama Kang Idzma Mahayattika founder KIDZmile Foundation, ada fakta baru yang baru saya sadari dari hasil pelatihan itu..
Bahwa “dibalik keburukan selalu ada maksud baik disana” contohnya orang yang mencuri dalihnya adalah untuk makan sehari-hari atau untuk memberi makan keluarganya, jangan dulu menyoroti apa yang dilakukannya, tapi lihat kedalam ada maksud baik disana meskipun caranya pun tak bisa kita benarkan.
Lantas apa hubungannya dengan bahasan orangtua?
Orangtua umumnya ketika anaknya lahir kedunia, ia menginginkan sekali anaknya menjadi anak yang membanggakan dan anak yang sukses, betul?
Urusan cara mendidiknya seperti apa, itu bukan fokus utama saya menulis ini.. yang digaris bawahi adalah orangtua selalu memiliki harapan baik pada anaknya dan ia akan melakukan segala cara agar anaknya menjumpai kebahagiaan. Mereka tak ingin anaknya menemui kesulitan seperti yang mereka alami.. kurang cukupkah itu sebagai dasar bahwa mereka mengingankan yang terbaik untuk anaknya?
Oke, kita balik lagi ke bahasan saat ini, ketika kita belajar ilmu parenting dari seorang pakar yang luar biasa, dan kita merasa mendapatkan ilmu yang sangat banyak dan terkadang terselip merasa paling tau #naudzubillah hingga akhirnya kita bisa menjudge orangtua kita begini begitu,
Hey maksud ilmu parenting itu untuk menjadikan pelajaran kelak kita akan menjadi orang tua yang seperti apa, bukan untuk menjudge orang tua kita bagaimana,
Kemudian dilematis dihadapi seorang perempuan bekerja atau tidak?
Masalah itu rame sekali diperbincangkan..
Pernah suatu ketika Jaulah (Kunjungan) ke Teh Yuria Cleopatra praktisi ilmu parenting dan seputar kemuslimahan juga..
Bahwa Tugas Perempuan yang utama setelah menikah adalah
1.      Taat Pada Suami,
Karena setelah menikah Suami adalah jalan syurga Kita, Ya Taat kuncinya.
2.      Mengurusi Keluarga
Mulai dari rumah tangga, pola asuh anak, keuangan dsb
3.      Mengeksplore Keahlian
Maksudnya diri mengeksplore kebermanfaatan kita seperti apa yang bisa kita lakukan buat sekitar..
(Banyak sih poinnya tapi segitu aja dulu yah)
Nomor itu menunjukkan prioritas, jadi yang utama yaitu taat pada suami.. jika kita sedikit ulas sebuah kasus misalnya “bolehkah perempuan/haruskah istri bekerja?” (nah itu silakan ditanyakan pada suami yang sudah punya suami :D yang belum nanti kalau udah punya tanyain ke suaminya #selftalk)
Jadi intinya mengkomunikasikan semuanya pada suami boleh tidak bekerja,
Ya jika diizinkan bekerja silakan dengan melihat poin yang kedua yang harus dipertimbangkan, atau misal ada kondisi dimana istri memang harus bekerja untuk membantu suami, dan ternyata suami juga tak melarang, ya silakan dilakukan karena kuncinya taat pada suami. Clear?
Poin ke 2 mengurusi keluarga.. itu prioritas kedua setelah taat pada suami ya kita mengurusi keluarga, sudah menjadi konsekuensi seorang perempuan ketika memutuskan menjadi seorang istri, ya mau tidak mau, suka tidak suka harus mengurusi keluarga dari segala aspek.
Poin ketiga itu optional, maksudnya adalah sesuai kapasitasnya masing-masing masih memungkinkan atau tidak melakukan poin ketiga, tapi sebaiknya dilakukan karena untuk mengedukasi perempuan lain juga, yang tak bisa kita alih tugaskan pada laki-laki (ini contohnya ya)

Kemudian setelah ini kita berkaca lagi, ibu kita kerja gak yah? Apa efek yang terjadi pada anaknya ketika ibu bekerja, (akhirnya kita berkaca sendiri)
Tapi hey dibalik semua yang dilakukan ibu, yang sedang bekerja tetap ada maksud baik,. Meskipun ia harus mengorbankan kebersamaan dengan anaknya sendiri.
Lalu bagaimana seharusnya kita memandang orangtua kita, dan memandang orangtua seperti apa nantinya..
Ketika memandang orangtua, sudah cukuplah untuk kita berbakti semaksimal mungkin terlepas bagaimana perlakuan orang tua pada kita, bagi kita yang menemukan Iman diluar rumah menemukan cahaya terang diluar rumah, pendidikan agama dan moral diluar rumah bukan berarti dengan mudahnya kita menjudge yang ada didalam rumah yang tak memberi pengaruh yang baik pada kita, dan bukan berarti kita merasa paling tau tentang bagaimana caranya mendidik anak dsb.
Karena berbakti pada orangtua bukan keinginan orang tua atau keharusan seorang anak, melainkan perintah , Ya Perintah Allah..
Ada hampir 13 kali diulang untuk urusan berbakti pada orangtua saja
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs. Al-Israa: 23)

“Dan Kami berwasiat kepada manusia untuk (berbuat) kebaikan kepada dua orang tuanya.” (Qs. Al-Ankabut: 8)

Begitupun pada surah Al-Ahqaf ayat 15, Allah SWT berfirman, “Kami wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula).”

Ketiga, dalam bentuk perintah untuk bersyukur. Allah SWT berfirman, “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, karena hanya kepada-Ku-lah kembalimu.” (Qs. Luqman: 14).

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhan-ku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku pada waktu kecil.” (Qs. Al-Israa: 24).
Mendo’akan kedua orangtua adalah tradisi para Anbiyah as. Nabi Ibrahim as dalam do’anya mengucapkan, “Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua orang tuaku, dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat ).” (Qs. Ibrahim: 41). Begitu juga Nabi Nuh as, dalam lantunan do’anya, beliau berujar, “. Ya Tuhan-ku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku..” (Qs. Nuh: 28).
perintah untuk berwasiat kepada kedua orangtua. Allah SWT berfirman, “Diwajibkan atas kamu, apabila (tanda-tanda) kematian telah menghampiri salah seorang di antara kamu dan ia meninggalkan harta, berwasiat untuk ibu bapak dan karib kerabatnya secara makruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al-Baqarah: 180).
perintah untuk berinfaq kepada keduanya. Allah SWT berfirman, “… Setiap harta yang kamu infakkan hendaklah diberikan kepada kedua orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan setiap kebajikan yang kamu lakukan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (Qs. Al-Baqarah: 215).
Dan ayat-ayat yang lain,
Cukuplah kita jalankan perintah Allah, perintah yang menciptakan kita..
Karena Allah lah kita ada didunia ini dan pada Allah kita kembali,
Tak usah terlalu dijelaskan ya mengapa kita harus berbuat baik pada orang tua, jelas ayat-ayat diatas sudah sangat cukup menjabarkan, apapun perlakuan orang tua tak lantas kita membalas dengan hal yang sama,
Rasulullah shalallahu’alaihiwassalam pun mengajarkan dan meneladani kita bahwa perlakuan buruk sekalipun alangkah mulianya jika kita balas dengan perlakuan baik.
Dan tak dibenarkan pula kita menceritakan keburukannya dihadapan orang lain..
Berdoalah sebanyak-banyaknya pada Allah agar terus diberi kekuatan agar menutupi semua kekurangan orangtua.. dan terus mengenang perbuatan baiknya.

Saat ini kita memandang bakal menjadi orangtua seperti apa kelak?
Jadilah sebaik-baik orangtua dengan sesuai 3 prioritas tadi ya..
Ilmu parenting banyak, itu untuk kita terapkan kelak atau saat ini bagi yang sudah jadi orangtua.
Saya tak bisa jelaskan tentang ini karena (belum punya pengalaman)

So, bagi kalian yang belum menjadi istri seperti saya, pintu syurga kita masih ada di orangtua, yang masih ada lengkap orangtuanya,teruslah perbaiki hubungan dengan mereka. Jika yang sudah ditinggal seperti saya, misal masih ada salah satu.. maksimalkanlah berbaktinya dan jangan terputus mendoakan orangtua kita yang telah berpulang kembali pada Allah..
Karena jika kelak kita sudah menjadi istri pintu syurga kita adalah suami. Tapi bukan berarti kita akhirnya selesai berbakti pada orang tua.
Tolonglah kesalahan/Kekhilafan orangtua dengan menjadi pribadi yang baik, sholeh/sholehah agar jadi jariyahuntuk mereka, jika tak sempat membahagiakannya didunia, bahagiakanlah ia dengan keshalihahmu

‘Allahu’lam bishawab
Saya menulis ini untuk menhujani banyak peringatan bagi diri saya sendiri, bukan untuk sok tahu karena saya pun masih sangat jauuuuh dari kata mengaplikasikan yang saya ungkapkan diatas, tapi hanya saling berbagi apa yang menjadi saat ini hangat dibicarakan.
Semoga ada manfaatnya, maaf jika menclok-menclok ya ceritanya maklum amatiran J




Jumat, 26 Februari 2016

Lingkaran Kecilku

Entah harus memulai dari mana, bahwa nyatanya aku lebih menyukai berbagi cerita.. dan melihat orang berubah adalah suatu kebahagiaan..
Sudah lama ku harapkan balik lagi mengurusi dakwah sekolah..
Akhirnya terkabul dipenghujung 2012 dan diawal 2013 binaan yang dulu pernah dipegang ku pegang lagi, ada perasaan takut dengan sifatku yang terkenal “galak” ketika dikampus terbawa saat membina, dan membuat mereka kabur.. 
tapi tak akan ada yang tau bila kita tak mencoba..
Akhirnya ku coba membina mereka ditengah Tugas Akhir dan menjelang akhir study ku..

Semua mengalir tanpa sadar aku menyayangi mereka..
Bermula hanya 4 orang lalu bertambah dan bertambah lagi yang datang, semakin aku bahagia.. bahwa aku punya adik-adik yang ingin aku ajak berbagi tentang kehidupan tarbiyah dll..

Hingga akhirnya menjadi 8 orang 
(Asterina, Akhsani, Azifa, Amyra, Dara, Mina, Salma, Zahra)..
Melihat mereka awal dengan sekarang sangat takjub, tak pernah aku ingin memaksakan mereka berubah dratis atau memaksakan mereka menjadi sesuatu yang tak mereka sukai..
Hanya ingin mengarahkan mereka menjadi lebih baik dari hari ke hari menemukan Iman yang sesungguhnya.. menemukan indahnya Islam sebenarnya..

Dalam tiap pertemuan kuusahakan yang terbaik mulai dari waktu, materi dan performa.. tapi ternyata aku menyadari aku hanya seorang manusia dhoif yang penuh dengan segala khilaf dan kekurangan..
Tak jarang aku dzalim pada mereka tentang waktu, dimana banyak sekali yang tak bisa hadir karena waktu yang ku miliki sangat sempit atau hanya alasan ku saja mungkin ya, yang tidak bisa mengatur waktu dengan baik..

Tak jarang akupun dzalim tentang materi.. yang akupun belum expert, yang mencoba memahami dari yang aku baca saja, tanpa aku asah lebih.. sehingga tak jarang aku lebih banyak bercerita, yah bercerita hikmah yang pernah aku dapatan.. dzalim sekali.. ampuni hamba Yaa Rabb..
Tapi dengan dzalimnya aku, Allah tetap beri aku nikmat..
Bahagia dengan adanya mereka,
mereka begitu sangat mengingatkan ku.. 
ketika aku memberikan materi pada mereka pada dasarnya aku sedang menghujani nasihat dan peringatan untuk diriku sendiri,

Mereka pelipur lara,
Tak sangka mereka mengobati hati ketika ibuku berpulang, setiap candaan mereka ditengah lingkaran menyegarkan lelahku ditengah semua aktivitas dan amanahku,
Rabbana, aku hanya meminta yang terbaik untuk mereka yaitu masa depan yang baik, dekap mereka karena Engkaulah yang Maha Teliti dan sebaik-baiknya penjaga..

Dekaplah mereka dalam barisan orang-orang yang membela agamaMu..
Karena aku sadar betul, tak selamanya mereka bersamaku, mereka wajib dan harus berkembang..
 dan mereka mesti belajar banyak dari yang lebih kompeten, 
akan sangat dzalim jika aku menahan mereka bersamaku..

Hingga akhirnya tiba saat dimana aku harus mengalihkan mereka pada yang lebih expert, 
dan lebih kompeten untuk mendampingi mereka..
Terhenyak diam, sesaat menitikkan airmata..mereka sebagai tempat ku mencurahkan apa yang aku dapatkan di majelis ilmu, akan beralih…
belum sempet foto, ini gambaran kecerian mereka..

Semoga apa yang aku bagikan sebelumnya bisa jadi jariyahku dan sebagai saksi bahwa kami saling mengingatkan dalam kebaikan dan mengingatkan tentang Allah dan hari akhirNya..
Ku titipkan mereka padamu Yaa Allah..
Aku mencintai mereka karena mu Yaa Allah..